Rasisme telah menjadi bagian besar dalam sejarah umat manusia, dan hingga saat ini, rasisme masih terjadi di seluruh dunia. Praktik kejam yang mendiskriminasi orang berdasarkan warna kulit, kelahiran, dan keyakinan mereka ini membuat manusia lebih menderita daripada makhluk lainnya.
Yang lebih buruk lagi adalah bahwa satu hal yang seharusnya dipercaya oleh manusia, "ilmu pengetahuan" itu sendiri, telah mendukung rasisme sepanjang sejarah. Rasisme dalam ilmu pengetahuan adalah sesuatu yang tidak diketahui banyak orang, dan dalam artikel ini kita akan mempelajari secara mendalam apa yang dipercayai oleh sains mengenai rasisme dan bagaimana hal tersebut memengaruhi banyak orang.
Bagaimana Rasisme Menyebar di Seluruh Ilmu Pengetahuan?
Rasisme adalah masalah yang berbahaya dan lazim yang memengaruhi banyak aspek masyarakat, termasuk bidang sains. Meskipun sains sering dianggap objektif dan tidak bias, sains tidak kebal terhadap prasangka dan bias yang sama yang ada di tempat lain.
Rasisme dapat muncul dalam berbagai cara dalam penelitian ilmiah, seperti merepresentasikan kelompok ras tertentu secara tidak tepat dan menggunakan stereotip dan bias ras dalam analisis dan interpretasi data.
Salah satu bentuk rasisme yang paling mencolok dalam ilmu pengetahuan adalah kurang terwakilinya kelompok ras tertentu dalam penelitian ilmiah. Hal ini dapat menimbulkan konsekuensi negatif, seperti perawatan medis yang tidak efektif atau berbahaya bagi orang kulit berwarna yang tidak terwakili secara memadai dalam uji klinis.
Alasan kurangnya keterwakilan ini sangat kompleks, namun sering kali berkaitan dengan kebutuhan akan keragaman di antara para ilmuwan itu sendiri. Ketika kelompok ras atau etnis tertentu mendominasi komunitas ilmiah, perspektif dan prioritas penelitian mereka mungkin secara tidak sengaja mengesampingkan pengalaman dan kebutuhan kelompok lain.
Pseudosains yang menjadikan Rasisme sebagai Praktik yang Baik:
Lebih dari sekadar sains, kemunculan pseudosains merupakan kutukan karena kebanyakan dari mereka mendukung rasisme dan memberikan penjelasan yang tidak logis yang dianggap benar oleh orang-orang. Kami membuat daftar beberapa praktik yang dilakukan oleh pseudosains:
Eugenika
Eugenika adalah teori ilmiah yang didiskreditkan yang mengusulkan perbaikan ras manusia melalui pembiakan selektif individu dengan sifat-sifat yang diinginkan sambil mencegah mereka yang memiliki sifat-sifat yang tidak diinginkan untuk bereproduksi.
Teori ini mendukung kebijakan rasis, termasuk sterilisasi paksa dan pembatasan imigrasi, yang secara khusus menargetkan orang kulit berwarna.
Frenologi
Frenologi Ini adalah teori ilmiah yang didiskreditkan yang menyatakan bahwa konfigurasi dan dimensi tengkorak seseorang dapat mengekspos kemampuan intelektual dan ciri-ciri kepribadian mereka. Teori ini digunakan untuk memvalidasi keyakinan rasis bahwa ras tertentu secara intrinsik lebih cerdas atau agresif daripada ras lain berdasarkan bentuk tengkorak mereka.
Darwinisme Sosial
Darwinisme Sosial adalah teori pseudosaintifik yang menggunakan prinsip-prinsip seleksi alam dalam masyarakat manusia, yang menyatakan bahwa ras atau kelas sosial tertentu secara alami lebih unggul daripada yang lain dan bahwa adalah hal yang normal bagi yang kuat untuk mendominasi yang lemah.
Teori ini digunakan untuk melegitimasi kolonialisme dan imperialisme, bersama dengan kebijakan yang menguntungkan orang kaya dan berpengaruh, sementara menindas orang miskin dan kurang beruntung.
Rasisme Ilmiah Sepanjang Sejarah Umat Manusia:
Selama abad ke-19, rasisme ilmiah semakin mengakar kuat ketika para ilmuwan menggunakan metode yang baru dikembangkan seperti kraniometri (mengukur ukuran dan bentuk tengkorak) dan frenologi (mempelajari benjolan di tengkorak seseorang) untuk mendukung klaim supremasi ras.
Salah satu contohnya adalah dokter Amerika, Samuel Morton, yang mengumpulkan tengkorak dari berbagai belahan dunia dan menggunakannya untuk berargumen bahwa orang Eropa memiliki otak yang lebih besar dan, dengan demikian, lebih maju secara intelektual dibandingkan ras lain.
Pada abad ke-20, rasisme dalam ilmu pengetahuan mengambil bentuk yang lebih berbahaya ketika para ilmuwan berusaha membuktikan dasar biologis dari perbedaan ras. Salah satu contoh yang terkenal adalah eksperimen sifilis Tuskegee, di mana pria Afrika-Amerika sengaja dibiarkan tidak diobati untuk sifilis untuk mempelajari perjalanan alami penyakit ini.
Eksperimen tersebut berlangsung selama 40 tahun, selama itu para pria tersebut tidak mendapatkan pengobatan bahkan setelah ditemukannya penisilin sebagai obat untuk penyakit tersebut. Penelitian ini dengan jelas menunjukkan bagaimana rasisme dapat bermanifestasi dalam penelitian ilmiah, dengan konsekuensi yang menghancurkan bagi komunitas yang terpinggirkan.
Sayangnya, rasisme ilmiah terus dipromosikan oleh beberapa individu dan kelompok saat ini, sering kali melalui klaim pseudosaintifik tentang genetika atau kecerdasan. Sebagai contoh, beberapa kelompok supremasi kulit putih berpendapat bahwa orang keturunan Eropa secara genetik lebih unggul daripada ras lain. Pada saat yang sama, beberapa pendukung pengobatan berbasis ras membuat klaim tentang perbedaan biologis bawaan antara ras yang tidak didukung oleh bukti ilmiah.
Bagaimana Rasisme Ilmiah mempengaruhi Pemahaman Sains secara keseluruhan?
Saat ini, ada berbagai cara di mana rasisme dapat muncul dalam ilmu pengetahuan. Salah satu contoh yang menonjol adalah representasi orang kulit berwarna yang tidak memadai dalam bidang ilmiah, yang mengakibatkan kurangnya keragaman dalam penelitian dan pemahaman yang terbatas tentang pengalaman hidup kelompok-kelompok yang terpinggirkan.
Selain itu, bentuk lain dari rasisme dalam ilmu pengetahuan adalah pengabadian stereotip rasis dalam literatur ilmiah, seperti keyakinan bahwa ras tertentu secara inheren lebih rentan terhadap kekerasan atau perilaku kriminal. Gagasan-gagasan ini sering kali didasarkan pada data yang tidak lengkap atau cacat, tetapi masih dapat secara signifikan memengaruhi persepsi publik dan pembuatan kebijakan.
3 langkah untuk memerangi rasisme dalam ilmu pengetahuan
- Mengakui adanya masalah - Langkah pertama untuk mengatasi rasisme dalam ilmu pengetahuan adalah dengan mengakui keberadaannya dan berkomitmen untuk melakukan perubahan.
Hal ini melibatkan secara aktif mengenali dan menangani contoh-contoh rasisme baik dalam penelitian ilmiah maupun dalam masyarakat yang lebih luas, serta bekerja untuk meningkatkan keragaman dalam bidang-bidang ilmiah dan memastikan bahwa masyarakat yang terpinggirkan memiliki akses ke sumber daya dan peluang ilmiah.
- Meningkatkan Transparansi - Langkah penting lainnya adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam penelitian ilmiah. Hal ini dapat dicapai dengan membuat data dan metode dapat diakses oleh publik, sehingga memungkinkan peneliti lain untuk memeriksa dan mereproduksi temuan.
Hal ini juga berarti mengenali dan mengatasi potensi konflik kepentingan dan bias dalam komunitas ilmiah, seperti dampak pendanaan perusahaan terhadap hasil penelitian.
- Melihat dari perspektif Etika - Terakhir, penelitian ilmiah harus memprioritaskan pertimbangan etika. Hal ini termasuk memastikan bahwa penelitian dilakukan untuk menjunjung tinggi hak dan martabat individu, termasuk mereka yang berasal dari komunitas yang terpinggirkan. Hal ini juga memerlukan pengenalan potensi bahaya dalam penelitian ilmiah dan menerapkan langkah-langkah untuk meminimalkan risiko ini.
Kesimpulannya, mengatasi rasisme dalam sains adalah masalah multifaset yang membutuhkan solusi komprehensif. Dengan mengakui keberadaannya, mendorong transparansi dan akuntabilitas, serta memprioritaskan pertimbangan etis, kita dapat bekerja untuk memerangi rasisme dalam ilmu pengetahuan dan menciptakan masyarakat yang lebih dapat menyesuaikan diri dan adil bagi semua orang.
Mengintegrasikan informasi dan ilustrasi ke dalam slide yang indah dan berdampak
Tidak diragukan lagi, Ilustrasi adalah cara terbaik untuk mengintegrasikan informasi ilmiah ke dalam makalah dan slide penelitian yang indah dan berdampak. Manfaatkan penggunaan infografis yang menarik secara visual melalui Mind the Graph dan tingkatkan jangkauan pekerjaan penelitian Anda.
Berlangganan buletin kami
Konten eksklusif berkualitas tinggi tentang visual yang efektif
komunikasi dalam sains.